Tidak terasa, siswa-siswa kelas XII MA NU TBS Kudus akan meninggalkan madrasah tercinta. Mereka harus melanjutkan perjuangan di luar madrasah. Entah itu untuk melanjutkan studi, maupun membuka usaha. Semua itu harus dilalui oleh seluruh siswa. Siswa harus lebih siap untuk terjun ke kehidupan sosial masyarakat, maka dari itu diadakanlah pembekalan siswa kelas XII menjelang kelulusan selama dua hari, Sabtu dan Ahad, 9-10 Mei 2015.
Hari pertama pembekalan, dibuka oleh Kepala MA NU TBS Kudus, Bapak. KH. Musthafa Imron, SHI. Materi yang diberikan mengajarkan siswa untuk dapat hidup di lingkungan sosial keagamaan. Selanjutnya, materi kedua oleh Bapak KH. Hasan Fauzi. Beliau menekankan siswa untuk memegang teguh ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah sesuai yang diajarkan di madrasah dan pondok pesantren. Pentingnya sifat kepemimpinan dalam kehidupan diajarkan kepada siswa-siswa kelas XII oleh Bapak Suwantho, S.PdI. Beliau menjelaskan dengan gambling bahwa diantara sekian siswa Insyaallah akan menjadi pemimpin, sehingga perlu ditanamkan sejak dini nilai-nilai dan jiwa kepemimpinan.
Hari kedua, diawali oleh Bapak KH. M. Ulil Albab Arwani, beliau merupakan Putra dari Mbah Arwani yang mengasuh Pondok Pesantren Tahfidh Yanbuul Quran Kudus. Beliau mengajarkan kembali tentang ilmu-ilmu Alquran. Beliau menjelaskan bahwa menguasai makhroj huruf dengan benar adalah fardlu ain, karena huruf hijaiyyah ini merupakan salah stu rukun qouliy dalam shalat fardlu. Apabila benar makhrojnya, maka benar juga bacaannya. “ Ibadah yang paling baik adalah tartil quran dengan baik” penjelasan beliau yang disambut antusias oleh siswa. Beliau menambahkan “Sebagai santri madrasah TBS, sudah sepatutnya kita kalian bisa mengkhatamkan Alquran minimal dua kali dalam setahun.”
Materi selanjutnya adalah Ahlussunnah Waljamaah (aswaja) oleh Bapak KH. Choiruzzyad Tajussyarof, Ketua Umum Pengurus Madrasah NU TBS Kudus. Dalam kehidupan nanti, siswa dijelaskan akan menemukan berbagai macam golongan dalam pelaksanaan ibadah. Sehingga penting bagi siswa untuk kembali kepada ajaran ahlussunnah waljamaah. Beliau yang juga Putra dari ahli falak nasional Mbah Turaichan, menjelaskan dengan ringkas bahwa jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) mempunyai hubungan historis dengan Kota Kudus. Pasalnya, salah seorang pendiri NU merupakan salah seorang tokoh di Kudus. Tanggal lahir NU yaitu 16 Rajab 1344 H bukanlah angka-angka sembarang, melainkan berdasakan pada perhitungan falak. Oleh karena itu, ulama Kudus lebih memilih memperingari harlah NU berdasarkan kalender hijriyyah.
Rangkaian kegiatan pembekalan siswa kelas XII diakhiri dengan pematerian NU dan peranannya di era global yang disampaiak oleh Pegurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Kudus. Dengan pembekalan ini, besar harapan kami pada siswa-siswa kelas XII untuk menjadi ahlul ilmi, ahlul quran, berjuang untuk agama dan negara.