Oleh: Ustaz Syafi’i Noor S.Pd.I
Dunia pendidikan kini, tengah mendapatkan cobaan yang luar biasa berat, dengan adanya pandemi Covid – 19 (Virus Corona). Madrasah (sekolah) dituntut beradaptasi dengan situasi untuk melaksanakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yakni dengan sistem daring (online).
Pembelajaran sistem daring (online) ini menjadi kebijakan yang merupakan alternatif solusi, agar proses transfer keilmuan dan nilai-nilai, tidak mandeg. Akan tetapi pembelajaran tetap berjalan, meski dalam keterbatasan.
Yang menjadi catatan, bahwa pembelajaran sistem daring ini tidak bisa dijalankan oleh pihak madrasah (sekolah) tanpa partisipasi aktif baik dari peserta didik (santri/ siswa) maupun wali peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran daring selain menuntut adanya kreativitas dalam menghadirkan materi pembelajaran yang menarik, juga membutuhkan partisipasi pihak keluarga (orang tua) untuk kesuksesannya. Kolaborasi antara madrasah (sekolah), peserta didik dan wali peserta didik menjadi keyword (kata kunci) yang tidak bisa diabaikan.
Hal Lain
Cukupkah dengan itu? Ini menjadi pertanyaan yang layak diajukan, untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran selama situasi pandemi Covid – 19.
Jawabnya, tentu tidak hanya itu. Melainkan banyak hal lain yang harus diberikan kepada para peserta didik, generasi muda bangsa ini, agar tidak hanya perkembangan secara intelektual yang tetap bisa didapat, yakni motivasi dan keteladanan di tengah keluarga.
Motivasi dan keteladanan di tengah – tengah keluarga ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak, terlebih dalam situasi seperti sekarang, di mana anak – anak yang mestinya harus banyak bersosialisasi, bermain dan belajar bersama temannya, kemudian harus hidup dengan “keterbatasan”.
Pertama, motivasi. Diakui atau tidak, selama sekitar 10 bulan terakhir hidup dalam pembatasan sosial, membuat semua saja stres, minimal tidak nyaman, karena tidak bisa berjejaring sosial dan belajar sebebas sebelumnya. Terlebih anak-anak.
Maka tidak hanya pendidik (guru) saja, orang tua di rumah harus selalu memberikan motivasi kepada anak-anaknya, agar tidak pernah surut belajar dan selalu tegar serta tawakkal menghadapi situasi yang ada. Dengan begitu, anak-anak diharapkan bisa ikhlas dan sabar menghadapi wabah Virus Corona, dan tetap semangat belajar.
Kedua, beri keteladanan. Salah satu fungsi lembaga pendidikan (madrasah/ sekolah/ perguruan tinggi/ pesantren), selain transfer keilmuan, adalah transfer nilai (transfer of knowledge). Di situasi pandemi, saat lembaga pendidikan tidak bisa maksimal mengambil peran ini, maka keluarga harus hadir untuk memaksimalkan proses transfer nilai atau penanaman karakter kepada anak.
Keluarga (orang tua) harus hadir mendampingi anak dalam memaksimalkan proses belajarnya, terlebih dalam hal memberi keteladanan-keteladanan yang baik. Misalnya, mengajak anak membiasakan mengaji menjelang maghrib, maka orang tua memberi contoh terlebih dahulu. Bagaimana bersikap yang sopan dengan orang lain, orang tua juga harus memberikan contoh. Dan seterusnya.
Perlu diingat, keluarga pada dasarnya –sebagaimana banyak cerdik cendekia mengatakan- adalah madrasah pertama bagi anak untuk belajar. Maka, di masa pandemi ini, selain kesadaran akan hal itu mesti ditanamkan, juga harus dimaksimalkan.
Pemaksimalan penanaman nilai-nilai karakter sebagai pelengkap intelektualitas seseorang sangat penting dilakukan, karena masa depan seseorang tidak hanya tidak tentukan oleh kecerdasan seseorang, tetapi juga oleh karakter yang baik.
Sebagaimana para ulama dulu mengatakan, “Syarafu al-insaan bi al-ilmi wa al-adab, laa bi al-nasab.” (Kemuliaan seorang manusia itu ditentukan oleh ilmu dan adab (akhlak/ karakter), bukan karena nasab). Wallahu a’lam. (*)
Ustaz Syafi’i Noor S.Pd.I,
Penulis adalah Kepala MA NU Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus. Artikel ini dimuat di Buletin Masjid Agung Kudus, edisi 15 Januari 2021.